Senin, 19 Oktober 2009

Aku sayang kamu, adikku...

Jadi gw bikin cerpen tapi gw tahu ini gw dadakan buatnya...gak bagus-bagus amat sih... cuma ya kurang kreatif mungkin...kalau yang pengen cerita ini dilanjutin ya gak apa-apa..

Ada yang punya ide buat lanjutin cerita ini?

(ENGGAK!)
Ini ceritanya...

Aku duduk di sebuah bangku, di samping ranjang putih rumah sakit. Adikku terbaring di ranjang tersebut. Wajahnya makin pucat dari hari ke hari.

Tak ada sinar keceriaan di wajahnya seperti biasanya, matanya yang bulat mengatup. Dia tertidur, hanya tertidur pulas. Dia terbaring, aku yakin sekali kalau adik laki-lakiku semata wayang hanya tertidur, masih ada tanda-tanda kehidupan dalam dirinya.

Aku masih bisa mendengar desahan nafasnya yang sesak, dan degup jantungnya yang lambat, masih ada tanda-tanda kehidupan dalam dirinya. Dia belum juga bangun dari tidur panjangnya.
Tubuhnya tak bergerak sama sekali, mungkin adikku hampir mati.

ADIKKU! JANGANLAH KAU TINGGALKAN AKU!

Hatiku terus menjerit, takut adikku nanti meninggalkan dunia ini. Aku rindu keceriaannya, aku rindu tawanya, aku rindu wajahnya yang polos dan lugu...aku masih ingat tingkah kekanak-kanakannya, biarpun sekarang adikku berusia lima belas tahun.

Umurnya memang baru lima belas tahun, baru kemarin dia berulang tahun kelima belas pada tanggal delapan belas November, dan tak seharusnya ia meninggalkan dunia ini sekarang. Ini adalah hari kedua masa remaja akhirnya. Beberapa tahun lagi dia akan tumbuh menjadi laki-laki dewasa.

Dia masih terlalu muda untuk meninggalkan dunia. Dia belum dewasa.
Masih sangat muda, hidupnya masih sangat panjang.

Aku berdoa kepada Tuhan, semoga Tuhan masih memberi adikku kesempatan untuk melanjutkan hidup ini. Aku sayang kamu, Rayi adikku satu-satunya. Kalau tidak ada kamu aku merasa kesepian, tidak ada orang yang menemaniku selalu setiap hari.

Aku melihat sebuah keajaiban dari Tuhan, tangannya mulai bergerak-gerak. Mata bundarnya yang keunguan terbuka lebar. Dia menatap mataku, dia tersenyum untukku...
"Kakak? Kak Edward?" tanyanya.
"Iya benar! Aku ini kakakmu!"'
"Kangen deh..."

Dia tersenyum lagi padaku. Dan diapun menegakkan tubuhnya. Aku memeluk tubuh kecilnya dan membelai rambutnya yang ikal pirang. Aku juga mengelus pipinya yang bisa dibilang membuat anak itu semakin terlihat imut.
"Aku sayang kamu, Rayi...maafkan Kakak ya...kalau Kakak ada salah sama kamu...itu semua Kakak lakukan karena aku sayang kamu, Rayi!"
"Aku juga sayang Kakak..."

Tidak ada komentar: